Asuhan Berkesinambungan pada Ny. A Umur 27 Tahun
Primigravida dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK)
di Puskesmas Kemiri

Asuhan Berkesinambungan pada Ny. A Umur 27 Tahun
Primigravida dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK)
di Puskesmas Kemiri
2023-05-16
id
Thesis
text
Asuhan Berkesinambungan pada Ny. A Umur 27 Tahun Primigravida
dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK) di Puskesmas Kemiri
SINOPSIS
Ibu hamil primigravida berisiko untuk mengalami ruptur perineum saat
proses persalinan. Robekan perineum mempengaruhi sekitar 80% wanita saat
melahirkan, dengan wanita primipara lebih sering terkena daripada wanita
multipara. Kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin di dunia pada tahun 2015
terdapat 2,5 juta kasus, dimana angka ini diperkirakan akan mencapai 6,3 juta
pada tahun 2050. Berdasarkan hasil penelitian Lilis Candra tahun 2020,
didapatkan ruptur perineum persalinan normal pada ibu primigravida sebanyak 53
orang (44,2%) dan umur ibu resiko tinggi tapi bukan ibu primigravida sebanyak
12 orang (10,0%). Terdapat hubungan yang signifikan antara paritas (primipara)
dengan kejadian laserasi jalan lahir. Ny. A adalah salah satu ibu hamil
primigravida yang berisiko mengalami laserasi jalan lahir pada persalinan.
Pada kunjungan ANC Trimester 3, keadaan kehamilan Ny. A mengalami
KEK dengan LILA 22 cm. Pada kunjungan berikutnya hasil pengukuran LILA 24
cm. Pada tanggal 16 Februari 2022 Ibu bersalin di RSIA Permata secara spontan
induksi dan mengalami laserasi perineum derajat II. Bayi lahir dengan berat
normal 2935 gram, panjang badan 47 cm dan sehat. Pada masa nifas ibu bisa
menyusui bayinya, namun mengalami konstipasi pada hari ke 7 nifas. Ibu
dianjurkan untuk mobilisasi aktif, konsumsi makanan yang berserat tinggi serta
mengkonsumsi air putih minimal 2 liter dalam sehari. Kesimpulan dari asuhan ini
adalah ibu hamil primigravida berisiko mengalami laserasi perineum pada saat
persalinan. Adanya laserasi menyebabkan ibu merasa takut untuk buang air besar
sehingga mengalami konstipasi. Saran untuk bidan agar dapat meningkatkan
kualitas asuhan berkesinambungan dengan cara memantau keadaan ibu dan janin
secara ketat dan memberikan konseling secara intensif sehingga dapat mendeteksi
adanya komplikasi sedini mungkin dan melakukan tindakan yang tepat sesuai
prosedur.