ASUHAN KEBIDANAN BERKESINAMBUNGAN PADA NY.
EW USIA 40 TAHUN G4P3A0 DENGAN KEHAMILAN
RESIKO TINGGI DI PUSKESMAS TANJUNGSARI
GUNUNGKIDUL

ASUHAN KEBIDANAN BERKESINAMBUNGAN PADA NY.
EW USIA 40 TAHUN G4P3A0 DENGAN KEHAMILAN
RESIKO TINGGI DI PUSKESMAS TANJUNGSARI
GUNUNGKIDUL
2023-05-02
id
Thesis
text
SINOPSIS
Kehamilan risiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi
optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi. kehamilan risiko
tinggi adalah beberapa situasi dan kondisi serta keadaan umum seorang selama
masa kehamilan, persalinan, nifas akan memberikan ancaman pada kesehatan
jiwa ibu maupun janin yang dikandungnya. Secara garis besar, kelangsungan
suatu kehamilan sangat bergantung pada keadaan dan kesehatan ibu, plasenta dan
keadaan janin. Jika ibu sehat dan didalam darahnya terdapat zat-zat makanan dan
bahan-bahan organis dalam jumlah yang cukup, maka pertumbuhan dan
perkembangan bayi dalam kandungan akan berjalan baik. Penanganan terhadap
pasien dengan kehamilan risiko tinggi berbeda-beda tergantung dari penyakit apa
yang sudah di derita sebelumnya dan efek samping penyakit yang dijumpai nanti
pada saat kehamilan.tes penunjang sangat diharapkan dapat membantu perbaikan
dari pengobatan atau dari pemeriksaan tambahan. Kehamilan dengan risiko tinggi
harus ditangani oleh ahli kebidanan yang harus melakukan pengawasan yng
intensif, misalnya dengan mengatur frekuensi pemeriksaan prenatal. Konsultasi
diperlukan dengan ahli kedokteran lainnya terutama ahli penyakit dalam dan
ahli kesehatan anak. Pengelolaan kasus merupakan hasil kerja tim antara
berbagai ahli. Keputusan untuk melakukan pengakhiran kehamilan perlu
dipertimbngkan oleh tim tersebut dan juga dipilih apakah perlu di lakukan induksi
persalinan atau tidak.
Pada kasus Ny EW yang dimaksud dalam kehamilan resiko tinggi adalah
dari segi usia lebih dari 35 tahun dimana usia Ny EW saat ini adalah 40 tahun.
Pada kehamilan normal plasenta berimplantasi di corpus atau badan rahim
sedangkan pada Ny EW berdasarkan hasil USG implantasi plasenta berada di
segmen bawah rahim atau menutupi Ostium Uteri Internum atau plasenta previa
totalis sehingga rentan terjadinya perdarahan antepartum. Selain itu Ny EW juga
menderita anemia ringan dimana kadar HB normal pada ibu hamil minimal 11,0
gr% sedangkan pada pemeriksaan HB saat ANC di Puskesmas kadar HB Ny. EW
adalah 10,1gr%, hal ini dapat berdampak pada pertumbuhan janin dalam kandungan dan beresiko terjadi perdarahan saat persalinan. Bayi dilahirkan
secara Sectio Caesaria lebih awal dari jadwal yang sudah ditentukan karena Ny
EW sudah mengalami kontraksi, tidak ada komplikasi yang dialami Ny EW akan
tetapi bayi yang dilahirkan mengalami asfiksia dan harus dirujuk ke RS PKU
Yogyakarta dan mendapat perawatan selama 8 hari hingga kondisinya membaik.
Hal ini menyebabkan Ny E kurang memperhatikan perawatan luka operasinya
,istirahat dan gizinya sehingga luka operasinya basah dan nyeri. Setelah
mendapatkan asuhan masalah teratasi. Asuhan KB berupa konseling pada Ny, E
hingga memutuskan menggunakan KB IUD setelah masa nifas selesai .
Kesimpulan dari asuhan ini adalah ibu hamil dengan resiko tinggi yaitu
dari segi usia dan jumlah anak dengan komplikasi anemia dan plasenta previa ,
dengan persalinan SC dimana terjadi komplikasi pada bayinya yaitu asfiksia dan
distres pernafasan, serta luka operasi yang berpotensi terjadi infeksi. Saran untuk
bidan agar dapat meningkatkan asuhan berkesinambungan dengan cara memantau
secara ketat ibu dan janin sehingga ketika ditemukan komplikasi dapat dilakukan
tindakan tepat sesuai prosedur.