Perbedaan Jumlah Telur Cacing Nematoda Usus Metode Sedimentasi Menggunakan Formol Aseton dan Formol Ether
Perbedaan Jumlah Telur Cacing Nematoda Usus Metode Sedimentasi Menggunakan Formol Aseton dan Formol Ether
2023-05-31
en
Thesis
text
Latar Belakang : Kasus infeksi Soil Transmitted Helminth (STH) di dunia pada tahun 2020 sudah mencapai lebih dari 1,5 juta orang dari seluruh populasi penduduk di dunia. Sedangkan di Indonesia memiliki prevalensi tinggi yaitu sekitar 60%-90% khususnya pada daerah dengan kondisi sanitasi masih rendah dan memiliki tingkat ekonomi menengah kebawah. Pemeriksaan feses metode sedimentasi formol aseton memiliki kelebihan dibandingkan metode sedimentasi formol ether. Beberapa kelebihannya yaitu penemuan telur cacing lebih banyak, tidak menghasilkan uap anestesi, murah dan mudah didapat.
Tujuan Penelitian : Mengetahui bahwa larutan formol aseton dapat digunakan sebagai alternatif pengganti larutan formol ether dan juga untuk mengetahui rerata jumlah telur cacing pada masing-masing larutan serta perbedaan jumlah telur cacing menggunakan larutan aseton dan larutan ether pada pemeriksaan telur cacing metode sedimentasi.
Metode: Metode penelitian ini adalah penelitian observasional
Hasil : Data hasil pemeriksaan jumlah telur cacing STH dilakukan uji normalitas data dengan Shapiro -Wilk menunjukkan bahwa data berdistribusi normal (p > 0,05). Selanjutkan dilakukan uji uji t Test untuk menunjukkan ada tidaknya perbedaan dari kedua larutan tersebut. Hasil yang diperoleh setelah dilakukan uji tersebut menunjukkan bahwa kedua larutan terdapat perbedaan (Asym,sig <0,05).
Kesimpulan: Ada perbedaan antara kedua larutan sehingga formol aseton dapat digunakan sebagai alternatif pengganti formol ether pada pemeriksaan telur cacing Soil Transmitted Helminth (STH) metode sedimentasi. Rerata jumlah telur cacing STH dengan formol aseton 6,94 dan formol ether 2,44.
Kata Kunci : sedimentasi formol aseton, sedimentasi formol ether, berat jenis, telur cacing STH