KEKUATAN GENGGAM TANGAN, IMT, DAN AKTIVITAS FISIK SEBAGAI PREDIKTOR PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA
KEKUATAN GENGGAM TANGAN, IMT, DAN AKTIVITAS FISIK SEBAGAI PREDIKTOR PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
2022-01-09
en
Other
text
Latar belakang: Penurunan kognitif pada lansia berkontribusi pada berkurangnya kemampuan untuk melakukan tugas sehari-hari yang mengarah pada kelemahan otot dan berpotensi kehilangan kemampuan fungsional. Adanya biomarker awal dan kemudahan untuk mengukur penurunan fungsi kognitif, berpotensi untuk meningkatkan perawatan bagi lansia dengan gangguan kognitif sehingga lansia dapat menjalani penuaan yang optimal (optimal aging).
Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui parameter (kekuatan genggam tangan, IMT, dan aktivitas fisik) yang paling baik dalam mendeteksi penurunan fungsi kognitif pada lansia.
Metode: Jenis penelitian analitik dengan rancangan crossectional. Penelitian dilakukan di Kota Yogyakarta, yaitu di empat (4) kecamatan yang terpilih secara random dari 14 kecamatan yang ada di Kota Yogyakarta. Waktu penelitian dilakukan selama 3 bulan yaitu dari bulan Mei – September 2020. Populasi penelitian adalah seluruh lansia berusia lebih dari 60 tahun di Kota Yogyakarta. Subjek pada penelitian ini berdomisili di Kota Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi yaitu : Usia 60 – 74 tahun, dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia mengikuti penelitian (informed consent). Sedangkan kriteria eksklusi adalah lansia yang menderita penyakit medis umum yang berat (gagal ginjal, gagal jantung), lansia yang bed rest dan lansia yang mengalami penurunan ingatan (demensia). Variabel bebas yaitu kekuatan genggam tangan, indeks massa tubuh (IMT), dan aktivitas fisik sedangkan variabel terikat yaitu fungsi kognitif lansia. Analisis yang dilakukan adalah analisis bivariat, multivariat, dan kurva ROC dan AUC.
Hasil: Hasil analisis bivariat dengan korelasi Pearson menunjukkan bahwa kekuatan genggam tangan (p=0,015) dan IMT (p=0,047) berhubungan bermakna dengan fungsi kognitif lansia. Namun, tidak demikian dengan aktivitas fisik lansia (p=0,812). Demikian juga dengan hasil analisis multivariat dengan regresi linier yang menunjukkan bahwa kekuatan genggam tangan (p=0,010) dan IMT (p=0,032) berhubungan signifikan dengan fungsi kognitif lansia. Indikator kekuatan genggam tangan memiliki nilai AUC paling tinggi (0,568) dibandingkan dengan IMT (AUC=0,541) dan aktivitas fisik (AUC=0,497). Demikian juga dengan nilai sensitifitas (Se) dan spesifisitas (Sp) dari ketiga indikator diperoleh hasil bahwa indikator kekuatan genggam tangan mempunyai nilai lebih tinggi daripada indikator IMT dan aktivitas fisik. Dengan demikian, indikator kekuatan genggam tangan paling baik digunakan dalam memprediksi fungsi kognitif lansia dibandingkan indikator lainnya.
Simpulan: Indikator kekuatan genggam tangan paling baik digunakan dalam memprediksi fungsi kognitif lansia dibandingkan IMT dan aktivitas fisik.
Kata Kunci: kekuatan genggam tangan; IMT; aktivitas fisik; fungsi kognitif; lansia