ASUHAN KEBIDANAN BERKESINAMBUNGAN PADA NY.
SWT USIA 37 TAHUN G3P2A0AH2 DENGAN KEKURANGAN
ENERGI KRONIS (KEK) DAN KEHAMILAN RESIKO
TINGGI USIA ≥35 TAHUN DI PMB MEI MUHARTATI
KLEDOKAN, CATURTUNGGAL, DEPOK SLEMAN

ASUHAN KEBIDANAN BERKESINAMBUNGAN PADA NY.
SWT USIA 37 TAHUN G3P2A0AH2 DENGAN KEKURANGAN
ENERGI KRONIS (KEK) DAN KEHAMILAN RESIKO
TINGGI USIA ≥35 TAHUN DI PMB MEI MUHARTATI
KLEDOKAN, CATURTUNGGAL, DEPOK SLEMAN
2024-04-26
en
Thesis
text
Menurut laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), prevalensi Kurang
Energi Kronis (KEK) pada tahun 2022 mencapai 30,1%, dan mengalami
peningkatan signifikan hingga mencapai 35% pada tahun 2023. Selain itu, WHO
juga mengungkapkan bahwa sekitar 40% dari keseluruhan kematian ibu di negara�negara berkembang terkait dengan kejadian KEK. Data menunjukkan bahwa
prevalensi kejadian KEK di negara-negara berkembang berkisar antara 15 hingga
47%.1
Menurut data yang terdokumentasi dalam laporan kinerja tahun 2022, hasil
pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) pada sejumlah 3.249.503 ibu hamil
menunjukkan bahwa 283.833 di antaranya memiliki LILA kurang dari 23,5 cm,
yang menandakan adanya risiko Kurang Energi Kronis (KEK). Dari temuan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa prevalensi risiko KEK pada ibu hamil di
Indonesia mencapai 8,7%. 2 Menurut data yang diperoleh dari aplikasi Dataku yang
dikelola oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY), pada tahun 2023 tercatat bahwa 12,6% dari total ibu
hamil yang menjalani pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) mengalami Kurang
Energi Kronis (KEK). Angka ini menunjukkan bahwa sebanyak 20.888 ibu hamil
di Provinsi DIY mengalami KEK.3
Menurut data dari dinas Kesehatan Kabupaten Sleman tahun 2022, terdapat
15% ibu hamil di Kabupaten Sleman yang mengalami Kurang Energi Kronis (KEK)
berdasarkan hasil pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA). Hal ini berarti sekitar
3900 ibu hamil di Kabupaten Sleman tahun 2022 mengalami Kekurangan Energi
Kronis (KEK). Untuk Puskesmas Depok I terdapat kurang lebih 267 ibu hamil yang
mengalami KEK.4
Dampak kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko komplikasi
antara lain, anemia, perdarahan, BB ibu tidak bertambah secara normal dan
penyakit infeksi yang merupakan penyebab utama kematian ibu di Indonesia selain
hipertensi dalam kehamilan. Sedangkan penyebab kematian bayi yaitu karena
asfiksia, trauma kelahiran, infeksi, prematuritas, kelainan bawaan, dan sebab-sebab
lainnya, sedangkan dampak yang ditimbulkan karena anemia5
yaitu kelelahan,
4
pucat, takikardia, dan kinerja kerja yang kurang optimal. Selain itu menyebabkan
kehilangan cadangan darah selama persalinan yang dapat meningkatkan kebutuhan
transfusi darah, preeklamsia, solusio plasenta, gagal jantung, dan kematian.
Pada saat kunjungan ANC ditemukan ibu mengalami KEK dan kurus, namun
pada akhir kehamilan ibu mampu menambah berat badan sesuai rekomendasi. Pada
tanggal 27 Februari Ny. SWT bersalin secara spontan tanpa komplikasi di RS KIA
Sadewa. Selama masa nifas ibu tidak terjadi komplikasi, namun pada kunjungan I
ibu mengalami masalah nyeri jahitan dan produksi ASI. Bayi lahir dengan berat
2930 gram cukup bulan tanpa komplikasi. Ibu memakai KB IUD post plasenta.
Pemantauan keadaan ibu dan bayi dilakukan melalui kunjungan nifas dan
kunjungan neonatus yang dilkukan melalui whatshapp dan kunjungan rumah untuk
memastikan ibu dan bayi dalam keadaan sehat.
Kesimpulan dari asuhan ini adalah ibu hamil multigravida dengan KEK dan
kehamilan resiko tinggi usia ≥35 tahun di PMB Mei Muhartati Kledokan,
Caturtunggal, Depok Sleman. Saran untuk bidan agar dapat meningkatkan kualitas
asuhan berkesinambungan dengan cara memantau kesehatan ibu dan janin secara
ketat dan konseling yang intensif sehingga bisa mendeteksi adanya komplikasi
sedini mungkin