HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA TODDLER (1-3 TAHUN) DI PUSKESMAS DLINGO II KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA TODDLER (1-3 TAHUN) DI PUSKESMAS DLINGO II KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA
2017-09-05
id
Thesis
text
Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melaporkan prevalensi bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) mencapai 5,65%. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya penyimpangan perkembangan dibandingkan dengan populasi bayi umumnya. Hasil uji DDST II pada balita usia 12-24 bulan di Klinik Tumbuh Kembang RSUP DR. Sardjito dari bulan Januari sampai Juli 2015 terdapat 74,55% di antaranya mengalami keterlambatan perkembangan personal sosial 5,35%, keterlambatan motorik halus 9,11%, keterlambatan bahasa 26,73% dan 43,85% mengalami keterlambatan motorik kasar. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan BBLR dengan perkembangan anak usia Toddler (1-3 tahun) di Puskesmas Dlingo II Kabupaten Bantul Yogyakarta. Jenis penelitian yaitu penelitian survei analitik dengan desain Kohort Retrospektif. Sampel penelitian yaitu bayi yang lahir pada tahun 2013-2015 di wilayah Puskesmas Dlingo II Kabupaten Bantul, Yogyakarta berjumlah 112 anak yang terdiri dari 56 kelompok BBLR dan 56 kelompok BBLN. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner, rekam medis dan DDST II. Data dianalisa dengan uji distribusi frequency untuk analisa univariat, uji chi-square untuk analisa bivariat dan uji regresi cox untuk analisa multivariat. Hasil: Ada hubungan kejadian BBLR dengan perkembangan anak usia 1-3 tahun secara statistik bivariat terbukti signifikan. Distribusi responden (anak) didominasi oleh perkembangan anak normal, rerata umur responden sebesar 2.3 tahun, responden dengan jenis kelamin laki-laki, pendidikan ibu dengan kategori rendah (SD atau SMP), pendidikan ayah dengan kategori rendah (SD atau SMP), orang tua responden yang berkerja serta pendapatan orang tua yang diatas dan dibawah UMR masing-masing dengan jumlah yang sama. Diperoleh hubungan variabel BBLR terhadap perkembangan anak usia 1-3 tahun yang dikontrol oleh faktor pendidikan ayah dan penghasilan orang tua. Anak yang lahir dengan BBLR berisiko untuk mengalami perkembangan tidak normal 5.2 kali lebih besar dibandingkan pada anak yang lahir dengan BBLN. Kesimpulan: kejadian BBLR memiliki hubungan dengan perkembangan anak baik secara parsial maupun setelah dikontrol dengan pendidikan ayah dan penghasilan orang tua.