Asuhan Kebidanan Berkesinambungan pada Ny. S Umur 21 Tahun dengan
Risiko KEK dan ISK di Puskesmas Kotagede II
Asuhan Kebidanan Berkesinambungan pada Ny. S Umur 21 Tahun dengan
Risiko KEK dan ISK di Puskesmas Kotagede II
2016-09-17
en
Thesis
text
Cakupan WUS dengan risiko KEK tahun 2013 meningkat menjadi 38,5%
dari sebelumnya 33,5% pada tahun 2010, BBLR merupakan komplikasi akibat risiko
KEK. ISK merupakan penyakit yang sering terjadi selama kehamilan dengan angka
kejadian 4-10%. Asuhan kebidanan diberikan secara berkesinambungan atau
Continuity of Care (CoC) dari masa kehamilan, persalinan, BBL/neonatus, nifas, dan
KB.
Pada kasus ini, asuhan kebidanan kehamilan ditujukan untuk mengatasi ISK
dan meminimalkan komplikasi akibat KEK. Penyakit ISK dapat tertangani dan
komplikasi BBLR akibat risiko KEK tidak terjadi. Asuhan persalinan berlangsung
spontan dan fisiologis dengan adanya laserasi derajat dua. Pada BBL/neonatus
dilakukan asuhan secara fisiologis dengan disertai keluhan berat badan menurun dan
adanya miliaria. Asuhan nifas secara umum berlangsung fisiologis tanpa penyulit
dengan keluhan ketidaknyamanan umum masa nifas. Pada asuhan KB ibu sudah
menjadi akseptor KB suntik progestin setelah selesai masa nifas.
Keluhan yang dirasakan selama kehamilan merupakan ketidaknyamanan
fisiologis sehingga diberikan intervensi berupa KIE. Asuhan persalinan seluruhnya
normal, tetapi untuk lembar pemantauan/partograf tidak ditemukan dalam rekam
medis. Pada asuhan BBL/neonatus terjadi kesenjangan signifikan antara TBJ dengan
berat bayi lahir, dengan kemungkinan ketidaktepatan pengukuran TFU/USG, serta
terjadi penurunan berat badan 6,9% pada hari kedua dan tidak ditemui tanda
dehidrasi sehingga tidak dilakukan penatalaksanaan khusus. Asuhan nifas dilakukan
secara fisiologis dengan keluhan ketidaknyamanan fisiologis sehingga hanya
membutuhkan KIE. Pada asuhan KB perlu dilakukan follow up setelah masa nifas
selesai untuk memastikan ibu sudah mulai menggunakan KB suntik progestin.
Asuhan kebidanan secara keseluruhan sudah baik, seperti pelayanan ANC,
pelayanan BBL/neonatus, pelayanan nifas serta KB, namun perlu perbaikan
kelengkapan dokumentasi persalinan. Diharapkan ke depannya pasien dapat
bersikap positif dan terbuka sehingga pelayanan KIA dan KB di fasilitas kesehatan
dapat dilakukan secara berkesinambungan.