Asuhan Kebidanan Berkesinambungan pada Ny. N Umur 32 Tahun G2P0Ab1Ah0 dengan Anemia Ringan di Puskesmas Gondokusuman I Yogyakarta

Asuhan Kebidanan Berkesinambungan pada Ny. N Umur 32 Tahun G2P0Ab1Ah0 dengan Anemia Ringan di Puskesmas Gondokusuman I Yogyakarta
2016-09-17
id
Thesis
text
Anemia merupakan salah satu faktor penyebab kematian ibu secara tidak langsung. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Kota Yogyakarta cenderung mengalami peningkatan, kejadian anemia di Puskesmas Gondokusuman I Kota Yogyakarta tahun 2014, anemia ringan berjumlah 91 dari 339 ibu hamil (26,8 %) dan ibu hamil dengan anemia berat sebanyak 6 dari jumlah ibu hamil (1,7 %). Hal ini yang menjadi dasar bidan harus memberikan asuhan kebidanan yang berfokus pada perempuan secara berkelanjutan (Continuity of Care). Asuhan berkesinambungan pada Ny. N usia 32 tahun G2P0A1 yang mengalami anemia ringan pada usia kehamilan 29+4 minggu dengan kadar Hb 10,3 gr%, saat usia kehamilan 40+1 minggu kadar Hb menjadi 11,2 gr%. Adanya riwayat anemia pada Ny. N, pada usia kehamilan 40+1 minggu belum ada tanda persalinan, sehingga pasien dirujuk ke RS PKU Muhammadiyah. Bayi baru lahir menangis spontan, apgar skor 8, berat badan lahir 3.200 gram, panjang 48 cm, asuhan selama masa neonatus bayi tidak ada masalah namun bayi mendapat susu formula. Masa postpartum hari ke-6 Ny. N mengalami putting lecet, batuk pilek dan pusing. Asuhan keluarga berencana, Ny. N memilih menggunakan suntik 3 bulan saat sudah mentruasi lagi. Asuhan kebidanan pada Ny. N selama kehamilan sesuai dengan standar asuhan kebidanan pada ibu hamil anemia, sehingga anemia pada ibu hamil dapat teratasi. Usia kehamilan melebihi hari perkiraan lahir (post date) belum ada tanda persalinan, maka dilakukan terminasi. Terminasi dilakukan dengan induksi oksitosin karena serviks sudah mengalami kematangan. Pada kala II dilakukan episiotomi karena perineum kaku, dan untuk recovery dilakukan hecting dengan anestesi. Sebagian besar ibu yang mengalami anemia saat kehamilan akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), akan tetapi dengan pemberian asuhan yang tepat bayi Ny. N tidak mengalami BBLR, serta tidak terjadi asfiksia. Selama masa neonatus bayi gagal mendapatkan ASI secara eksklusif. Putting lecet pada Ny. N terjadi karena ibu tidak melaksanakan teknik menyusui yang benar. Pemilihan alat kontrasepsi suntik 3 bulan (progestin) sesuai dengan anjuran untuk ibu yang masih dalam masa laktasi dan tidak mengakibatkan perdarahan banyak. Asuhan berkesinambungan pada Ny. N selama masa hamil, persalinan, nifas, bayi baru lahir serta keluarga berencana dilakukan sesuai flowchart, sehingga masalah-masalah potensial yang muncul dapat teratasi. Saran untuk bidan pelaksana dan mahasiswa dapat terus mempelajari asuhan-asuhan kebidanan yang tepat sesuai standar asuhan kebidanan, dan meningkatkan pelayanan yang berkesinambungan agar dapat mendeteksi lebiih awal komplikasi pada klien