Asuhan Kebidanan Berkesinambungan Pada Ny. M Umur 35 Tahun
G3P2Ab0Ah2 dengan Faktor Risiko Usia Ibu ≥ 35 Tahun
di Puskesmas Ngampilan
Asuhan Kebidanan Berkesinambungan Pada Ny. M Umur 35 Tahun
G3P2Ab0Ah2 dengan Faktor Risiko Usia Ibu ≥ 35 Tahun
di Puskesmas Ngampilan
2016-09-25
id
Thesis
other
Cakupan penanganan komplikasi kebidanan digunakan dalam mengukur
keberhasilam pencegahan dan penanganan komplikasi kebidanan. Indikator ini
mengukur kemampuan Negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
secara profesional kepada ibu (hamil, bersalin, nifas) dengan komplikasi. Pasien
yang ditemukan di Puskesmas Ngampilan yakni ibu hamil dengan Faktor risiko
usia ≥35 tahun yang termasuk dalam faktor risiko I yang dapat menyebabkan
perdarahan dan hipertensi. Selama kehamilan, kelompok ibu hamil ini sehat tanpa
ada keluhan yang membahayakan tetapi harus waspada karena ada kemunngkinan
terjadi penyulit atau komplikasi dalam persalinan. Mempertimbangkan komplikasi
kebidanan yang dapat terjadi, penulis tertarik memberikan asuhan kebidanan
berkesinambungan pada Ny. M di Puskesmas Ngampilan.
Pada kunjungan ke 8 Ny. M mengeluh kaki bengkak di saat bangun tidur
dan pada kunjungan ke-9 mengeluh nyeri punggung bagian bawah. Saat itu hanya
diberikan KIE mengenai keluhan ibu karena masih bersifat fisiologis. Persalinan
dipilih Ny. M di Puskesmas Jetis dengan mempertimbangkan lokasi. Namun,
persalinan Ny. M harus dilakukan perujukan ke RSUD Kota Jogja dikarenakan
pada usia kehamilan 41 minggu tidak terdapat tanda-tanda persalinan. Persalinan
Ny. M dilakukan dengan induksi misoprostol atas instruksi dari dokter. Bayi Ny.
M lahir dengan penilaian awal aterm, ketuban jernih, menangis kuat, tonus otot
baik sehingga dilakukan manajemen BBL. Masa nifas Ny. M dan masa neonatus
bayi Ny. M berlangsung secara fisiologis dengan pembwrian KIE mengenai
keluhan fisiologis. Dalam pemilihan KB dilakukan kunjungan pertama yakni
mengenai pemilihan metode KB, didapatkan kesimpulan ibu masih bingung dan
ingin berdiskusi dengan suami. Kunjungan KB yang kedua dilakukan dengan
konseling pemantapan KB, didapatkan kesimpulan ibu memilih menggunakan KB
MAL dan barier (kondom).
Secara umum keluhan yang dirasakan pasien merupakan ketidaknyamanan
fisiologis sehingga cukup diberikan intervensi berupa konseling. Pada saat
persalinan dilakukan induksi dikarenakan belum ada tanda persalinan saat usia
kehamilan 41 minggu. Induksi tersebut menurut beberapa sumber diterapkan guna
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas bayi.
Asuhan kebidanan secara keseluruhan sudah baik, salah satunya pelayanan
ANC sehingga perlu dipertahankan, dan dilakukan perbaikan perihal kelengkapan
dokumentasi medis sehingga tidak terjadi kesenjangan data karena tidak
terdokumentasikan, serta pelunya follow up pasien karena Ny. M sendiri belum
menggunakan KB jangka panjang. Pasien diharapkan dapat mempertahankan
sikap positif dan terbuka guna meningkatkan derajat kesehatannya.