HUBUNGAN RIWAYAT BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24 – 59 BULAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SENTOLO I
KABUPATEN KULON PROGO

HUBUNGAN RIWAYAT BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24 – 59 BULAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SENTOLO I
KABUPATEN KULON PROGO
2019-12-16
id
Thesis
text
Latar Belakang : Prevalensi stunting di Kabupaten Kulon Progo sebesar 16,38%
dan di Puskesmas Sentolo I sebesar 25,9%, dimana menurut WHO apabila melebihi
20% maka menjadi masalah kesehatan masyarakat. Salah satu faktor stunting
adalah BBLR karena sejak dalam kandungan sudah mengalami retardasi
pertumbuhan intra uterin dan akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang lambat.
Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan riwayat bayi berat lahir rendah dengan
kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sentolo
I Kabupaten Kulon Progo.
Metode Penelitian : Menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain case
control. Penelitian dilakukan pada bulan Mei – Juni 2019. Populasi adalah balita
usia 24 – 59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sentolo I dengan sampel berjumlah
41 kelompok terpapar dan 41 tidak terpapar. Analisis data menggunakan chi-square
dan uji odd ratio.
Hasil Penelitian : Karakteristik orang tua di Wilayah Kerja Puskesmas Sentolo I
yaitu karakteristik responden didapatkan bahwa balita yang mengalami stunting
maupun tidak stunting sebagian besar mempunyai ibu yang berpendidikan
menengah, memiliki anak < 3, berpenghasilan ≤ UMK (Rp 1.493.250,00). Pada
balita stunting 48,8% yang tidak diberi ASI Eksklusif. Ada hubungan riwayat bayi
berat lahir rendah dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan. Bayi berat
lahir rendah berisiko terjadi stunting 3,365 kali dibandingkan balita yang lahir
normal.
Kesimpulan : Ada hubungan riwayat bayi berat lahir rendah dengan kejadian
stunting pada balita usia 24-59 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sentolo I
Kabupaten Kulon Progo.