KARAKTERISTIK FAKTOR SOSIAL DAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI TB/U PADA ANAK USIA 6-36 BULAN DI DESA TRIWIDADI, KECAMATAN PAJANGAN, BANTUL
KARAKTERISTIK FAKTOR SOSIAL DAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI TB/U PADA ANAK USIA 6-36 BULAN DI DESA TRIWIDADI, KECAMATAN PAJANGAN, BANTUL
2020-05-05
en
Thesis
text
KARAKTERISTIK FAKTOR SOSIAL DAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI TB/U PADA ANAK USIA 6-36 BULAN DI DESA TRIWIDADI, KECAMATAN PAJANGAN, BANTUL
Safrilla Putri Suryaningtyas*, Tri Siswati*, Rina Oktasari*
Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta,
Jl. Tatabumi No.3 Banyuraden, Gamping, Sleman
email : safrillaputri4@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang: WHO menetapkan Indonesia sebagai negara darurat ketiga dengan permasalahan stunting. Stunting dapat menyebabkan penurunan fungsi otak di masa mendatang, dan menjadi salah satu masalah gizi yang berakibat buruk bagi masa depan balita. Stunting dapat dipengaruhi oleh faktor sosial dan pola penerapan ASI ekslusif, dan Desa Triwidadi termasuk salah satu lokasi fokus stunting di DIY.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor sosial dan ASI eksklusif dengan gizi Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) pada anak usia 6-36 bulan.
Metode: Penelitian deskriptif ini dilakukan di Desa Triwidadi, Pajangan, Bantul pada Bulan Desember 2019 dengan metode observasional menggunakan desain cross-sectional. Sampel yang digunakan merupakan 44 balita berusia 6-46 bulan menggunakan teknik purposive sampling. Wawancara mendalam dilakukan kepada orang tua responden. Faktor sosial yang dilihat adalah pekerjaan orang tua (buruh, petani, PNS, IRT, swasta, dan wiraswasta), pendidikan orang tua (tinggi dan rendah), dan pendapatan keluarga (di bawah dan di atas Upah Minimum Kabupaten Bantul). Data ASI eksklusif dikategorikan sebagai ASI Ekslusif dan menyusui parsial. Data status gizi TB/U dikategorikan sebagai sangat pendek, pendek, normal, dan tinggi.
Hasil: Hasil dari penelitian ini ditemukan mayoritas balita pendek (22,7%) dan sangatpendek dengan kepala keluarga yang bekerja sebagai buruh. Sebesar 13,6% balita pendek dengan ibu sebagai IRT. Sebesar 35,2% balita pendek dan sangat pendek dengan kepala keluarga berpendidikan tinggi. Sebesar 25% balita pendek dan sangat pendek memiliki ibu dengan pendidikan tinggi. Sebesar 6,8% balita pendek dan sangat pendek memiliki keluarga dengan pendapatan di bawah UMR Bantul. Sebesar 29,5% balita pendek dan sangat pendek mendapatkan ASI Eksklusif.
Kesimpulan: Sebagian besar balita pendek dan sangat pendek memiliki kepala keluarga berpendidikan tinggi, ibu berpendidikan tinggi, kepala keluarga sebagai buruh, ibu sebagai IRT, keluaga dengan pendapatan di bawah UMK Bantul dan pemberian ASI secara eksklusif
Kata kunci: Faktor sosial, ASI Eksklusif, Status gizi