PENGARUH SIKLUS MENSTRUASI DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT)TERHADAP KEJADIAN POLYCYSTIC OVARY SYNDROME(PCOS)PADA WANITA USIA SUBUR
PENGARUH SIKLUS MENSTRUASI DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT)TERHADAP KEJADIAN POLYCYSTIC OVARY SYNDROME(PCOS)PADA WANITA USIA SUBUR
2020-06-10
en
Thesis
text
Latar Belakang: Kejadian Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) masih menjadi masalah kesehatan reproduksi secara global. Prevalensi PCOS masih tinggi, dengan angka kejadian Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) yang disebutkan semakin tahun makin bertambah, tahun 2015 4-18% menjadi 6-21% pada tahun 2016, hal tersebut tidak lepas dari faktor risiko, pencetus atau pendorong. Ada cukup banyak penelitian tentang topik siklus menstruasi dan BMI dengan kejadian Polycystic Ovary Syndrome (PCOS). Maka dibutuhkan suatu kesimpulan dari berbagai penelitian yang sudah ada dengan menggunakan systematic review. Tujuan: untuk mengetahui pengaruh siklus menstruasi dan Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap kejadian Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) pada wanita usia subur. Metode: Penelitian ini menggunakan Systematic Review melalui penelusuran database penelitian kesehatan seperti Pubmed, google scholar, BMC dan Springerlink dengan kata kunci menstrual cycle, BMI and PCOS. Pencarian literatur berbatas waktu 5 tahun terakhir (2015-2020). Hasil: Gangguan menstruasi atau oligomenorea berisiko 2,8 kali terhadap gangguan pematangan folikel ovarium pada wanita PCO. Siklus menstruasi 26-31 hari berisiko 2 kali lipat pada usia 14-19 tahun. Terdapat korelasi kuat antara peningkatan IMT dengan kejadian PCOS, terutama dengan status kelebihan berat badan atau obesitas. Kelebihan berat badan berpengaruh 2,27 terhadap tingginya kejadian PCOS. Kesimpulan: Wanita usia subur dengan gangguan siklus menstruasi lebih berisiko terkena Polycystic Ovary Syndrome (PCOS). Dan wanita usia subur dengan kelebihan berat badan atau obesitas lebih berisiko terkena Polycystic Ovary Syndrome (PCOS).
Kata Kunci: siklus menstruasi, IMT, PCOS, wanita usia subur