HUBUNGAN TINGKAT PAPARAN DEBU, MASA KERJA, USIA DAN STATUS GIZI DENGAN GEJALA SUBYEKTIF SILIKOSIS PADA PEKERJA DI INDUSTRI PEMOTONGAN BATU ORNAMEN DI DESA NGEPOSARI, SEMANU, GUNUNGKIDUL

HUBUNGAN TINGKAT PAPARAN DEBU, MASA KERJA, USIA DAN STATUS GIZI DENGAN GEJALA SUBYEKTIF SILIKOSIS PADA PEKERJA DI INDUSTRI PEMOTONGAN BATU ORNAMEN DI DESA NGEPOSARI, SEMANU, GUNUNGKIDUL
2012
en
Thesis
text
Debu merupakan partikel padat yang dapat dihasilkan oleh kegiatan manusia dan alam yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Debu merupakan salah satu zat pencemar yang di hasilkan dari kegiatan pemotongan batu. NAB (Nilai Ambang Batas) debu lingkungan menurut Permenkertrans nomor 13/Men/X/2011 yaitu 10mg/m3. Debu batu ornamen dapat mengakibatkan penyakit pernafasan yaitu silikosis yang ditandai dengan batuk kering, gangguan pernafasan, demam, berat badan menurun, dan sesak nafas saat bekerja. Kadar debu pada saat uji pendahululuan pada pemotongan batu adalah >10mg/m3. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat paparan debu, masa kerja, usia dan status gizi dengan gejala subyektif silikosis pada pekerja di industri pemotongan batu ornamen di Desa Ngeposari, Semanu, Gunung kidul. Metode penelitian ini adalah survey dengan pendekatan cros sectional, hasilnya dianalisis secara deskriptif dan analitik menggunakan program SPSS 16.0 for windows dengan uji chi-square α=0,05. Setelah dilakukan uji statistik, hasilnya ada hubungan antara kadar debu lingkungan, Usia, masa kerja dengan gejala subyektif silikosis dengan hasil (p=0,03, p=0,034, p=0,007) tetapi tidak ada hubungan antara status gizi dengan gejala subyektif silikosis Saran bagi pemilik industri pemotongan batu ornamen yaitu memperbesar debit penyemprotan air, menyediakan masker bagi tenaga kerja dan juga memberi arahan kepada tenaga kerja agar menggunakan masker. Kepustakaan: 13 buku (1999-2009) Kata kunci: Paparan debu, masa kerja, usia, status gizi, gejala subyektif silikosis.