HUBUNGAN KEHAMILAN PADA MASA USIA REMAJA DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA UMUR 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PATUK I KABUPATEN GUNUNG KIDUL

HUBUNGAN KEHAMILAN PADA MASA USIA REMAJA DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA UMUR 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PATUK I KABUPATEN GUNUNG KIDUL
2021-06-21
en
Thesis
text
Latar Belakang: Stunting diakibatkan masalah gizi kompleks pada balita yang terjadi sejak kehamilan, salah satunya adalah kehamilan remaja dimana kematangan fisik dan psikis mempengaruhi pertumbuhan anak yaitu stunting. Prevalensi stunting tertinggi di Kabupaten Gunung Kidul pada tahun 2019 di Puskesmas Patuk I sebesar 26,34%, sedangkan pada tahun 2018 prevalensi stunting di Pusekesmas Patuk I sebesar 19,61%. Hal tersebut menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Puskesmas Patuk I mengalami peningkatan dan prevalensinya masih di atas 20%, artinya belum mencapai target WHO yaitu di bawah 20%. Metode Penelitian: jenis penelitian ini analitik observasional (non-eksperimental) dengan design case control, tenik pengambilan sampel consecutive sampling, dengan variabel kehamilan usia remaja, pendidikan ibu, tinggi badan ibu, umur kehamilan, dan riwayat status gizi saat awal kehamilan. Sample adalah balita umur 24-59 bulan pada bulan Januari-Februari di wilayah kerja Puskesmas Patuk I sejumlah 86 balita yang dibagi menjadi 43 kelompok kasus dan 43 kelompok kontrol. Analisis data menggunakan uji chi-square dan regresi logistik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kehamilan usia remaja dengan kejadian stunting. Hasil Penelitian: Sebagian besar balita stunting berasal dari ibu dengan riwayat KEK, hampir sebagian lahir dari ibu hamil remaja, berpendidikan rendah, dan memiliki tinggi badan <150 cm, sementara sebagian kecil lahir pada umur kehamilan prematur. Kehamilan usia remaja meningkatkan risiko kejadian stunting sebesar 9 kali dan ibu yang KEK berpotensi 4,1 kali melahirkan balita stunting (p=0,001; OR 9,0; p=0,002; OR 4,1). Pendidkan ibu rendah dapat meningkatkan risiko kejadian stunting sebesar 4,0 kali (p=0,063; OR= 4,0), umur kehamilan meningkatkan risiko kejadian stunting sebesar 3,3 kali (p=0,138; OR= 3,3), dan tinggi badan ibu yang pendek (<150 cm) berisiko 2,2 kali (p=0,096; OR= 2,2), mengakibatkan kejadian stunting pada balita Kesimpulan: Kehamilan usia remaja meningkatkan risiko kejadian stunting pada balita. Kata Kunci : kehamilan usia remaja, stunting, faktor ibu.